RSS

Siri Novel - Setelah ku dinikahi (viii)



Episod sebelum ini,
Setelah ku dinikahi
Setelah ku dinikahi (ii)
Setelah ku dinikahi (iii)
Setelah ku dinikahi (iv)
Setelah ku dinikahi (v)
Setelah ku dinikahi (vi)
Setelah ku dinikahi (vii)

Aku menggelengkan kepala tanpa berani menatap wajahnya.

Dan idlan mengangkatku, menggendongku, tanpa menghiraukan rontaanku. Idlan menggendongku sampai ke rumah, langsung tidak memberikanku kesempatan untuk melarikan diri.

Sesampai sahaja di dalam rumah, dia mengunci pintu dan menyimpan kuncinya di saku.

“Tukarlah bajumu,” katanya.

“Bajuku semua di dalam beg.”

“Pakai saja bajuku.”

“Tak nak!”

Ia mencengkam pergelangan tanganku dan menatap mataku lurus dengan mata berkobar-kobar,”Ini bukan waktunya untuk melawanku, Nor. Kau akan demam!”

“Raksasa,” desisku.

Malam itu suhu tubuhku meningkat naik, kepalaku sakit dan kerongkongku kepedih-pedihan. Aku masih ingat ketika Idlan menyuruhku menelan sebiji panadol  untuk mengurangkan demamku dan aku membangkang.

Aku mulai sembuh perlahan-lahan.

Ketika aku terjaga dan Idlan tengah menggantikan kain sejuk di dahiku, sentuhannya begitu sejuk dan menenteramkan.

Ketika aku tiba-tiba terkejut daripada salah satu mimpi burukku dan aku mendapati Idlan tengah membersihkan kotoran muntahku di lantai.

Ketika aku terbangun dari tidurku yang gelisah dan merasakan tangannya erat menggenggam jari-jemariku.

Hingga akhirnya, entah setelah berapa lama, aku terbangun dan nyalaan api dalam kepala dan dadaku telah terpadam. Jendela bilikku terbuka dan cahaya matahari hangat menembus masuk, membawa haruman aroma melati dari rumpun di luar bilikku. Ibuku tengah duduk di tepi tingkap, membaca.

“Ibu.”

Ibuku menurunkan bukunya.

Senyumnya mengembang ketika dia menghampiriku.“Bagaimana? dah beransur pulih?”

“Idlan mana?” bisikku.

Ah, soalan bodoh. Seharusnya aku bertanya di mana aku sekarang atau setidak-tidaknya siapakah namaku. Kenapa pertanyaan pertamaku harus tentang Idlan? bisikku kepada diri sendiri.

“ Masih di pejabat. Sebentar lagi dia balik.”

Aku demam dan dia pergi ke pejabat? Suami tak boleh harap.

“Ibu dah lama ke disini?”

“Dari pagi. Kau tak ingat ibu datang pagi tadi?”

Aku couba menggeleng dan kepalaku serta merta terbelah tiga. Tapi yang paling menyakitkanku adalah, Idlan sama sekali tak peduli keadaanku. Aku berbaring semula dan memejamkan mata. Air mataku yang panas berlinangan satu-persatu.

Petang itu ketika Idlan pulang, aku berpura-pura tidur. Aku sama sekali belum bersedia untuk berbual dengannya.

“Ibu,bagaimana keadaanya?” tanyanya, suaranya mendekati tempat tidurku.

Dan kemudian tangannya hinggap didahiku, sejuk dan membawa ketenangan. Seketika kemudian tangannya
menyentuh leherku, dan walaupun aku berniat untuk menepis tangannya dengan tenagaku yang ala kadar, aku tak akan nak melakukannya.


“Tadi Nora bangun sekejap,bertanyakan tentangmu dlan. Tidak lama kemudian dia menyambung tidurnya.Tapi panas badannya sudah turun dan tadi dia sempat meminum secawan susu.”

Tangan Idlan berpindah ke bahuku dan mulai mengurut dengan lembut. Jangan berhenti, jangan berhenti, jangan berhenti, pintaku dalam hati. Tapi dia bangun dan menyelimutkanku dan terus berbual dengan ibuku.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komen:

winda berkata...

hehe.. membtkan ku tersenyum... best sgt..

shahida berkata...

me 2..^_^

Catat Ulasan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...